BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pertama sejak
kelahirannya di alami oleh manusia ketika berada di tengah-tengah keluarganya.
Seorang ayah merupakan figur yang benar-benar berpengaruh dalam pendidikan seorang
anak. Demikian juga figur-figur lain seperti kakek, nenek, saudara dan
lain-lain secara langsung dan tidak langsung sangat mempengaruhi pola
pendidikan seseorang.
Perkembangan zaman yang tak dapat
di hentikan,orang tua akhirnya mempunyai keterbatasan dalam mendidik anaknya
sehingga tanggung jawab pendidikan mereka serahkan kesekolah atau madrasah. Akhirnya
seorang anak akan tumbuh dan berkembang seiring dengan bertambah usianya sehingga
ruang pergaulannya bukan hanya dirumah dan disekolah saja. Ia juga akan menjadi
bagian dalam suatu kumpulan individu dilingkungan (masyarkat). Maka terjadilah
interaksiantara dirinya dengan masyarakat sekitarnya sehingga hal tesebut
sangat berpengaruh pada peroses pendidikannya.
Pendidik adalah orang dewasa, yang karena peranannya berkewajiban melakukan
sentuhan pendidikan dengan subyek (anak) peserta didik. Orang tersebut mungkin
berpredikat sebagai ayah, ibu, kakak, guru, ustadz, dosen, ulama dan lain-lain.
Predikat itu bukan jaminan bagi dirinya untuk menjadi pendidik yang sebenarnya,
karena masih tergantung pada kemampuannya melakukan setuhan pendidikan, dengan
subyek (anak) peserta didik dalam setiap relasinya. Jjika antar keduanya tidak
terjadi sentuhan pendidikan dalam kebersamaannya, maka yang terjadi diantara
keduanya hanyalah pergaulan biasa dan bukan situasi pendidikan. Setiap pendidik
hanya akan mampu apabila:
a.
Berwibawa
Wibawa diartikan sebagai sikap dan
penampilan yang dapat menimbulakan rasa segan dan rasa hormat, sehingga subyek
(anak) peserta didik memperoleh pengayoman dan perlindungan. Rasa hormat dan
rasa segan bukan rasa takut sebagai kewibawaan palsu yang dapat ditimbulkan
dangan mudah melalui tekanan, paksaan, ancaman, sanksi dan hukuman. Kewibawaan
palsu bahkan dapat dimiliki melalui sarana material (fisik). Pendidikan yang
berwibawa itu dilukiskan ALLAH SWT didalam surat AL-Furqan ayat 63 yang
artinya; “adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan
apabila orang bodoh menyapa mereka, mereka mengucapkan kata keselamatan”.
b.
Keteladanan
Firman ALLH SWT didalam surat
AL-Ahzab ayat 21 yang artinya; “sesungguhnya Rasulullah itu terdapat suri
teladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah
dan hari kemudian, dan yang banyak mengingat Allah”.
Sifat-sifat baik pemimpin yang harus
dimiliki juga oleh pendidik antara lain adalah cakap bergaul dan ramah-tamah,
sabar, suka menolang, bijaksana, mampu berlaku adil, memiliki kepercayaan didri,
memiliki kesetabilan dan keseimbangan emosi, jujur, rendah hati, sederhana,
dapat dipercaya, berdisiplin, berpandangan luas, kreatif, penuh inisiatif,
dinamis dalam arti memiliki kemauan untuk maju dan lain-lain. Semakin banyak
sifat-sifat yang dapat dimiliki seorang pendidik, maka besar kemungkinannya
untuk menjadi teladan.
Perkembangan
peserta didik dapat di pengaruhi dengan adanya peran Tri Pusat Pendidikan,
yaitu peran keluarga, peran sekolah, dan peran lingkungan masyarakat. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul “Peran Lembaga
Keluarga, Sekolah dan Masyarakat (Tri Pusat Pendidikan) dalam Meminimalisir
Penyimpangan Sosial di Kalangan Peserta Didik”.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai
dengan penjelasan pada latar belakang diatas, masalah tersebut dapat di
identifikasi sebagai berikut :
1.
Adakah peran keluarga dalam
meminimalisir penyimpangan sosial di kalangan peserta didik?
2.
Adakah peran sekolah dalam meminimalisir penyimpangan
sosial di kalangan peserta didik?
3.
Adakah peran masyarakat dalam
meminimalisir penyimpangan sosial di kalangan peserta didik?
C. Batasan Masalah
Dalam
pembuatan makalah ini, penulis membatasi masalah hanya pada peran lembaga
keluarga, sekolah dan masyarakat (Tri Pusat Pendidikan) dalam meminimalisir
penyimpangan sosial di kalangan peserta didik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan beberapa permasalah, antara
lain :
1.
Bagaimana Peran keluarga dalam
meminimalisir penyimpangan sosial di kalangan peserta didik?
2.
Bagaimana Peran sekolah dalam
meminimalisir penyimpangan sosial di kalangan peserta didik?
3.
Bagaimana Peran masyarakat dalam
meminimalisir penyimpangan sosial di kalangan peserta didik?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan
Tujuan
umum pendidikan secara universal adalah mewujudkan kedewasaan subyek (anak)
didik. Kedewasaan yang dicapai anak didik, adalah yang bersifat normatife,
berupa kedewasaan masing-masing. Untuk mencapai tujuan umum berupa kedewasaan seseorang
diperlukan waktu yang relatif lama. Selama waktu yang panjang itu, tujuan umum
atau kedewasaan harus di wujudkan secara bertahap dan karenanya harus
dijabarkan secara jelas.
Tujuan
pendidikan mengakhiri usaha pendidikan. Apabila tujuannya telah tercapai, maka
berakhir pula usaha tersebut. Usaha yang terhenti sebelum tujuannya tercapai,
sesungguhnya belum dapat disebut berakhir, tetapi hanya mengalami kegagalan
yang antara lain disebabkan oleh tidak jelasnya rumusan tujuan pendidikan.
Tujuan
yang hendak dicapai oleh penulis adalah :
1.
Untuk mengetahui peran keluarga dalam
meminimalisir penyimpangan sosial di kalangan peserta didik?
2.
Untuk mengetahui peran sekolah dalam
meminimalisir penyimpangan sosial di kalangan peserta didik?
3.
Untuk mengetahui peran masyarakat dalam
meminimalisir penyimpangan sosial di kalangan peserta didik?
B. Fungsi
Penulis
sangat mengharapkan dalam penyusunan makalah ini berfungsi bagi penulis,
pendidik lainnya, peserta didik dan lingkungan masyarakat yang pro aktif dalam
meningkatkan pendidikan dalam meminimalisir penyimpangan social di kalangan
peserta didik.
C. Peran Keluarga
kita telah merasakan keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat karena
dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Batas dan
bicara pendidikan didalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia,
pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan di gunakan oleh anak
sebagaidasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya disekolah.
Orang tua mempunyai tugas dan
tnggung jawab dalam keluarga terhadap pendidikan anak lebih bersikap menentukan
; watak budi pekerti, latihan ketrampilan, pendidikan kesosialan. Selain dari pada itu, penanaman nilai-nilai
pancasila, nilai-nilai keagamaan dan kepercayaan kepada allah di mulai dalam
keluarga.
Pengaruh
Timbal Balik Antara Sekolah , Keluarga, dan masyarakat.
1.
Pembinaan dan Tanggung Jawab
Pendidikan pada Orang Tua.
Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara pria
dan wanita-Dalam pasal 1 UU Perkawinan No. 1 tahun 1974- . yang bertujuan untuk
membentuk keluarga bahagia dan sejahtera maka lahirlah anak dan kita wajib
mendidiknya. Memelihara dan mendidik anak terus berlanjut sampai ia dikawinkan
dan dapat berdiri sendiri. Bahkan memuat pasal 45 ayat 2 UU perkawinan ini,
kewajiban dan tanggung jawab orang tua akan kembali apabila antara keduanya
putus karena suatu hal maka anak ini kembali menjadi tanggung jawab orang tua,
sebagai mana firman Allah dalam Al-Quran; “Wahai orang-orang yang beriman
peliharlah diri dan keluarga kamu dari api neraka”.
Bila kita telaah secara mendalam memang benar
tanggung jawab pendidikan terbentuk di tangan kedua orang tua. Tanggung jawab
pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh orang tua terhadap anak antara
lain sebagai berikut:
a.
Memelihara, membesarkan agar hidup
berkelanjutan
b.
Melindungi, mengayomi secara jasmani dan
rohani
c.
Mendidik berbagai ilmu pengetahuan,
keterampilan yang berguna bagi hidupnya
d.
Membahagiakan anak dunia akhirat dengan
membarikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah. Sebagai tujuan hidup muslim
tanggung jawab juga di kategorikan sebagai tanggung jawab kepada Allah. Agama
islam selalu mengingatkan pemeluknya agar generasi pemeluknya agar generasi
berikutnya lebih baik dari generasi berikutnya.
Konsep pendidikan ini telah di anut
bangsa Indonesia sehingga dimasukan kedalam GBHN (garis-garis besar haluan
negara) Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus
menerus perlu di kembangkan kepada setiap orangtua,mereka juga perlu dibekali teori-teori
pendidikan modern secara perkembangan zaman, pendidikan yang di berikan dapat
di gunakan untuk menghadapi lingkungan yang lambat. Upaya yang dapat ditempuh
untuk dapat meningkatkan kualitas dari orang tua antara lain dengan cara
belajar seumur hidup, sebagai mana yang diajarkan oleh Nabi muhammad SAW, yaitu
: Belajar seumur hidup dan menuntut ilmu itu wajub bagi setiap Muslim dan
Muslimat tanpa kecuali.
Bermacam-macam kepribadian anak yang
di lakukan oleh orang tua terhadap anaknya, bila kepribadian yang diwarnai
dengan pelajaran agama yang berkesinambungan, ini akan dapat membawa anak
menjadi anak yang dewasanya manusia yang berkepribadian muslim, ia akan dapat
bergaul dan menyesuaikan diri dengan teteangga ataupun masyarakat pada umumnya.
Pembentukan sikap sosial ini kadang kala agak terlupakan oleh sebagian orang
tua. Padahal dalam ajaran islam “Hablum Minannas” ini sangat utama
karena manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan orang lain dalam
kehidupan.
Para ahli didik dewasa ini mengakui
besarnya peran seorang ibu dalam mendidik anaknya, walaupun ibu atau wanita di
golong kan pada kaum yang lemah. Meskipun demikian secara kerohanian wanita
adalah makhluk Allah yang kuat dalam pendirian dan prinsip hidup dalam
keluarga. Dala dirina, terdapat perasaan halus, kasih sayang melebihi halusnya
perasaan dan kasih sayang laki-laki, mungkin juga dengan sifat kewanitaannya,
ia diberi Allah rahim yaitu suatu tempat yang penuh kedamaian dan kasih sayang
serta kua, sehingga calon bayi yang tidur selama masa kandungan merasa aman
didalamnya. Oleh Al-quran tempat ini disebut: makin hamin, yaitu tempat yang
kuat dan kokoh.
Dengan belaian tangan, ciumannya
serta kata-katanya yang lemah lembut anaknya dekat dengannya, anak merasa lebih
dekat dan lebih sayang padanya dibanding kedekatannya dengan ayahnya. Oleh Sigmund
Freud kedekatan anak (anak laki-laki) ini kepada ibunya ini menjadi teori Oedipus
Compleks. Yaitu pertentangan antara anak dan ayah. Oleh karena itu, dalam konsep pendidikan Islam kebahagiaan
rumah tangga, lebih banyak berada di pihak ibu, karena ia dapat menciptakan
suasana rumah yang harmonis melalui kasih sayang dan sapaannya yang menyejukan
hati anaknya. Mengenai kebahagiaan rumah tangga atas peran ibu disebutkan oleh
Rasulullahdalam hadisnya yang berbunyi: “sorga itu terletak dibawah kaki ibu “
Kita dapat mengetahui dari hadis
tersebut betapa besarnya ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya yang dapat
membuahkan kebahagiaan, kedamaian, keharmonisan, kepatuhan, dan penanaman nilai
luhur serta norma-norma agama. Sosial yang berlaku di masyarkat setempat. Oleh
karena itu Allah menyebutkan dalam Alqur’an bahwa setiap anak wajib di
berbakti, patuh dan berterimakasih kepada orang tuanya: “Dan kami amanatkan
kepada semua manusia terhadap kedua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada Ku dan
kepada kedua ibu bapakmu. Kepada Kulah kembalimu” (Qs. Lukman: 14). Beberapa
sifat dan sikap yang mungkin muncul itu antara lain dikemukakan oleh Dr. Sis
Heyster dalam bukunya Ilmu jiwa anak dan masa muda. Dan juga oleh Crijn
dan Reksosiswojo dalam pengantar di dalam prakatek pengajaran dan
pendidikan sebagai berikut, keras hati, keras kepala, manja, perasaan
takut, dusta, agresif (menyerang anak la8n) , cepat merajuk, berkata gagap,
ingin menang sendirui, menyembunyikan milik teman sendiri, dan diakui
keounyaannya, frantasi dan gangguan anak yang disebut infant terrible.
Sifat tingkah laku yang ditampilkan
anak-anak diatas terutama oleh anak yang berusia sebelum sekolah, antra 3
sampai 5 tahun dan dilakukannya tanpa sadar, tapi cukup merepotkan kedua orang
tuanya. Diantara sifat-sifat anak tersebut adalah:
a.
Dusta
Dusta
atau bohong,hampir di tampilkan oleh semua anak dalam masa perkembanganya.
Dusta ini adayang di sebut dusta yang sebenarnya dan ada pula yang semu. Dusta
yang sebenarnya adalah perkataan bohong yang sengaja dilakukan untuk sesuatu
keuntungan tertentu dengan sengaja merugikan orang lain.
Dusta
semu atau dusta tidak sebenarnya adalah dusta karena tidak mampu membela diri
atau menyatakan dengan sebenarnya rasa ketakutannya.
b.
Gagap
Gagap adalah ucapan yang dikeluarkan
tidak lancar dan cenderung diulang-ulang dalam cara tertentu. Penampilan gagap
(stammering) pada anak sering dijumpai, penyebab gagap ini bermacam-macam,
adakalanya karena kesalahan pendidikan orang tua, karena keadaan jiwa anak
tidak tenang berhadapan dengan ibu atau bapaknya dalam situasi tertentu.
c.
Infant Terrible
Gangguan anak-anak yang disebut juga
dengan Infant Terrible karena anak-anak (anak kecil) tidak bisa membedakan
antara fantasi dengan kenyataan dan ia biasanya jujur.
D. Peran Sekolah
Sebagai akibat dari perkembangan
ilmu tekhnologi dan terbatasnya orang tua akan mengenai kedua hal tersebut,
orang tua tidak mampu lagimendidik anaknya. Untuk menjalankan tugas-tugas
tersebut diperlukan orang lain yang lebih ahli.
Prof. Dr. Sikun Pribadi menyatakan.
“Karena orang tua tidak mampu memberikan pendidikan selanjutnya dalam berbagai
kecakapan dan ilmu. Kita dapat menggambarkan masyarakat tanpa sekolah. Di dalam
sekolah bekerja orang-orang khusus didik untuk keperluan mengajar (Sikun
Pribadi. :1982 : 92). Didalam dunia pendidikan istilah sekolah sudah sangat
lazim. Sekolah merupakan salah satu pusat pendidikan yang diharapkan bisa
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya
yaitu manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani,kepribadian mantap dan mandiriserta tanggung jawab kemasyrakatan dan
kebangsaan (UU No.20 tahun 2003, tentang Sistam Pendidikan Nasional).
Sekolah dalam bahasa inggris
disebut “School” atau didalam dunia pendidikan Islam disebut Madrasah adalah sebuah lembaga
pendidikan formal, yaitu pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja,
berencana, terarah dan sistematis.demikian menurut pendapat Dr.H. Nawawi dalam
bukunya Administrasi Pendidikan. Formalitas pendidikan
madrasah mulai terangkat ketika adanya usaha pemerintah Indonesia menghapus
warisan kebijakan Belanda yang membedakan antara sistem pendidikan Madrasah
dengan sistem Pendidikan Sekolah biasa .
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, sekolah di difenisikan sebagai “Satuan
Pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar”. Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta
didiknya didasarkan atas kepercayaan dan tuntutan zaman. Sekoalh sebagai
lembaga pendidikan mempunyai tanggunga jawab atas tiga faktor:
a.
Tanggung
Jawab Normal
Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan
sesuai fungsi tugas dan tujuan pendidikan, harus melak sanakan pembinaan
menurut ketentuan yang berlaku.
b.
Tanggung
Jawab Keilmuan
Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan
memiliki tanggung jawab mentransfer pengetahuan kepada anak didik.
c.
Tanggung
jawab fungsional
Sekolah atau madrasah selain harus melakukan
pembinaan sesuai ketentuan yang berlaku, sekolah juga harus bertanggunga jawab
melalui pendidik (guru) untuk melak sanakan program yang trstruktur di dalam
kuri kulum.
E. Peran Masyarakat
Masyarakat apabila dilihat dari konsep sosiologi
adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling
berinteraksi. Bila dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan
baanyak orang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak
berpendidikan sampai pada yang berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium
besar tempat para anggotanya mengamalkan semua keterampilan yang dimilikinya.
Di lihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat
disebut lingkungan pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara
sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis.
Secara fungsional masyarakat menerima semua anggotanya yang pluralistik
(Majemuk) itu dan mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik untuk
tercapainya kesejahteraan sosial para anggotanya yaitu kesejahteraan mental spiritual
dan fisikal atau kesejahteraan lahir dan batin.
Kalau dilembaga pendidikan, pendidiknya adalah guru.
Maka kalau di masyarakat yang menjadi pendidiknya adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab terhadap pendewasaan anggotanya melalui sosialisasi lanjutan
yang diletakan dasar-dasar oleh keluarga dan juga sekolah sebelum mereka masuk
kedalam masyarakat. Masing-masing anggotanya dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab baik secara sendiri-sendiri atau secara bersama melalui institusi
atau lembaga yang dipimpinnya.
a.
Mengawasi
jalannya nilai sosio-budaya.
Masyarakat
Indonesia sejak dahulu sangat menjujung tinggi nilai sosio nbudaya yang ada
dalam masyarakat masing-masing bahkan
sesuai dengan sikap masyarakatnya ada yang berkehendak melestarikan dan
mengembangkannya.
b.
Menyalurkan
aspirasi masyarakat.
Keingingan
masyarakat untuk hidup bahagia dan sejahteraserta aman sejak pemerintatahan
orde baru makin besar, berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah antara
lain dengan menggalakan transmigrasi, sistem keamanan lingkungan (sikamling),
posyandu dan lain-lain.
F. Pembinaan Kerjasama antara
Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Proses pendidikan yang dilakukan oleh ketiga
lingkungan tersebut dapat di kemukakan sebagai berikut, secara mental spiritual
dasar-dasar pendidikan diletakan oleh rumah tangga, dan secara akademik
konseptual dikembangkan oleh sekolah sehingga perkembangan pendidikan anak
makin terarah.
Betapa eratnya kerjasama yang terpadu dari ketiga
macam lingkungan pendidikan atau yang lebih spesifik disebut Tri Pusat
Pendidikan untuk membawa anak kepada tujuan bersama, yaitu membentuk anak
menjadi anggota masyarakat yang baik untuk bangsa, negara, dan agama.
Unsur-unsur pokok yang ada dalam suatu masyarakat
adalah
1. Adanya
unsur kelompok manusia yang tinggal di daerah tertentu.
2.
Mempunyai tujuan yang sama.
3.
Mempunyai nilai-nilai dan aturan yang di
taati bersama.
4.
Mempunyai organisasi yang di taati.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasar uraian uraian diatas, maka isi makalah yang
kami susun dapat di simpulkan sebagai berikut.
1.
Tri Pusat Pendidikan adalah tiga unsur
penting yang sangat berperan dalam pendidikan dan menjadi pusat kegiatan
pendidikan.
2.
Keluarga adalah tempat pertama dan utama
seseorang menerima pendidikan.
3.
Akibat dari perkembangan zaman dan
keterbatasan orang tua dalam mendidik anak, maka kegiatan pendidikan juga
dilaksanakan disuatu lembaga yang disebut sekolah atau madrasah. Pendidikan
yang dilakukan disekolah atau madrasah disebut pendidikan formal.
4.
masyarakat merupakan tempat atau unsur
yang sangat berperan penting dalam pendidikan. Lingkungan pendidikan masyarakat
di sebutpendidikan nonformal.
B.
Saran
Menyadari
betapa pentingnya peran keluarga, sekolah, dan masyarakat (Tri Pusat
Pendidikan) dalam meminimalisir penyimpangan social di kalangan peserta didik,
maka menurut penulis :
1.
Peran keluarga sebagai tempat utama yang
menerima pendidikan.
2.
Peran guru sebagai ujung tombak yang
terdepan harus melaksanakan tugas secara optimal dan professional
3.
Peran masyarakat sebagai pendidikan non
formal yang bersifat melekat bagi perkembangan peserta didik.
penulis
memberikan saran yang berkaitan dengan Tri Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah,
dan masyarakat) sebagai berikut :
1.
Keluarga, sekolah dan masyarakat
hendaknya mengetahui bahwa peranannya dan fungsinya. Mereka bukan merupakan
kategori yang tidak dapat diubah sama sekali, tetapi senantiasa berkembang dalam
meminimalisir penyimpangan social di kalangan peserta didik.
2.
Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat harus
menyadari betul akan peranan penting yang dituntut dan mereka untuk melaksankan
di dalam lingkungan masyarakat setempat sebagai golongan profesi maupun warga
Negara, sebagai agen pembangunan dan perubahan dalam meningkatkan kualitas peserta
didik atau sebagai masyarakat yang jika diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA