BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyelenggaraan
pendidikan di sekolah
dipandang sebagai suatu sistem “dimana komponen-komponen system itu saling
ketergantungan sehingga berhubungan dan saling menentukan keberhasilan suatu
sistem, kegagalan suatu sekolah diakibatkan oleh gangguan sub sistem itu.
Kepala sekolah yang menjalankan kepemimpinannya
harus mampu mengatasi kegagalan/hambatan sub sistem agar tercapai kesempurnaan
sistem itu.
Hal
ini didukung oleh pakar pendidikan Prof. Dr. Oteng Sutisna, M,Sc. Guru besar
FKIP dalam bukunya “Berpikir System” terbitan 1984, hal. 76. Perkembangan Ilmu pengetahuan
dan teknologi dari negara-negara maju sangat cepat, sangat cepat pula merupakan
pola pikir masyarakat, hal ini mengakibatkan program pendidikan dan pengajaran
lebih ketinggalan bila dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat, hal ini
merupakan tantangan bagi penyelenggaraan pendidikan agar tidak statis dalam
menambah wawasan dari berpikir dinamis untuk menghasilkan tamatan yang
berkualitas.
Pengaruh
kepemimpinan bisa diartikan, dampak akibat kebijakan dan keputusan yang
dilakukan oleh seorang pimpinan dalam hal ini Kepala sekolah. Bila dalam
menentukan keputusan dan kebijaksanaan salah maka akan terjadi dampak-dampak
negatif yang berakibat kegagalan dalam mencapai tujuan. Misalnya akan muncul :
·
Konflik
antar personil
·
Semangat
kerja menurun
·
Disiplin
kerja rendah
·
Tidak
merasa memiliki dan merasa tanggung jawab bersama
·
Tidak
muncul keteladanan
·
Fungsi-fungsi
manajemen tidak diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.
·
Iklim
kerja tidak menyenangkan
·
Persoalan
dan permasalahan tertutup
Dalam hal
ini sering terjadi pada lembaga manapun juga, hal ini terjadi karena adanya persaingan
antar individu dalam lingkungan tersebut yaitu pada lingkungan kerja. Mak dari
itu, penulis merasa tertarik untuk membuat makalah ini dengan judul “Inovasi Manajemen Pendidikan di SMP N 2
Sindang”.
2.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas, penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
2.1. Bagaimana efektifitas pengelolan manajemen
pendidikan di lingkungan SMP Negeri 2 Sindang?
2.2. Adakah peran Kepala Sekolah terhadap manajemen
pendidikan di lingkungan SMPN 2 Sindang?
2.3. Faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan manajemen pendidikan di lingkungan SMP N 2 Sindang tidak dapat
berjalan dengan baik?
3.
Batasan
masalah
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis membatasi masalah hanya pada manajemen
pendidikan dilingkungan SMP N 2 Sindang.
4.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan batasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat
dirumuskan sebagai berikut :
4.1. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen
pendidikan di lingkungan SMPN 2 Sindang?
4.2. Adakah peranan kepala sekolah dalam
melaksanakan manajemen pendidikan di lingkungan SMP N 2 Sindang berjalan dengan
baik?
5.
Tujuan Pembahasan Masalah
5.1. Kemampuan berpikir sistem artinya
memahami bahwa suatu kesatuan yang utuh didukung oleh komponen-komponen
(bagian-bagian) yang satu sama lain saling ketergantungan apabila
komponen-komponen itu tidak berjalan maka tidak akan terbentuk suatu kesatuan
yang utuh dalam hal ini bisa diterapkan dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah. Agar proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah merupakan suatu
kesatuan yang utuh maka program akan berjalan dengan lancar dan tujuan akan
tercapai.
5.2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang merupakan tantangan. Kepemimpinan suatu lembaga pendidikan
merupakan wawasan yang perlu dipahami agar pengaruh pimpinan sekolah diarahkan
kepada peningkatan semua tenaga kependidikan (guru tata usaha) berpikir dinamis
menuju pencapaian/prestasi siswa sebagai objek pendidikan.
5.3. Pengaruh pimpinan dalam melaksanakan
tugasnya harus berorientasi kepada terciptanya:
·
Keterbukaan
·
Iklim
kerja yang menyenangkan
·
Perasaan
personil diakui dan dihargai atas prestasi kerjanya
·
Saling
menunjukan keteladanan
·
Disiplin
kerja yang optimal
·
Penerapan
manajemen sekolah yang sempurna
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Orientasi
studi manajemen pendidikan masih cenderung melihat
sesuatu yang tampak di mata (tangible), kurang memperhatikan sesuatu yang tidak
kelihatan (intangible) seperti nilai, tradisi dan norma yang menjadi budaya
organisasi, dan ada di dalam sebuah organisasi. Beberapa tahun terakhir orang banyak
beranggapan bahwa strategi, struktur, dan sistem adaah fokus dan faktor yang
menjadi pendorong kesuksesan organisasi.
Namun
menurut Ouchi (1983) dan Key (1999) menyatakan bahwa kesuksesan organisasi
justru terletak pada budaya organisasi yang meliputi nilai, tradisi, norma,
yang direkat oleh kepercayaan, keakraban dan tanggung jawab yang menentukan
kesuksesan organisasi.
Sedangkan
menurut Basri (2004) menyatakan bahwa budaya organisasi dapat dijadikan sebagai
kekuatan organisasi apabila budaya organisasi tersebut dikelola dengan baik.
Untuk dapat mengelola budaya organisasi diperlukan pimpinan yang transformatif,
memahami filosofi organisasi, mampu merumuskan visi, misi organisasi, dan
menerapkannya melalui proses perencanaan organisasi. Dalam tulisan ini akan
diulas secara ringkas manajemen pendidikan dilihat dari perspektif nilai dan
budaya organisasi, walaupun banyak hal yang bisa dilihat dari sudut padang
berbeda. Pendekatan nilai dan budaya organisasi ini cenderung lebih mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan.
Organisasi
lembaga pendidikan adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena
lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu lembaga penyelenggara pendidikan.
Tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyaraat
yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, memperkaya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional. Demikian kompleksnya organisasi tersebut, maka
dalam memberikan layanan pendidikan kepada siswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya organisasi perlu dikelola dengan baik. Oleh sebab itu lembaga
pendidikan perlu menyadari adanya pergeseran dinamika internal (perkembangan
dan perubahan peran) dan tuntutan eksternal yang semakin berkembang.
Menurut
Jacques (1952) yang dikutip Hasri (2004), budaya organisasi didefinisikan
sebagai berikut:“the culture of the factory is its customary and traditional
way of thinking and doing of things, which shared to a greater or lesser degree
by all its member, and which new members must learn, and at least partially
accept, in order to be accepted into service in the firm” Sedangkan menurut
Manan (1989) ada tujuh karakteristik budaya dasar yang bersifat universal
yaitu:
·
Kebudayaan
itu dipelajari bukan bersifat instingtif
·
Kebudayaan
itu ditanamkan
·
Kebudayaan
itu bersifat gagasan (ideational), kebiasaan-kebiasaan kelompok yang
dikonsepsikan atau diungkapkan sebagai norma-norma ideal atau pola perilaku
·
Kebudayaan
itu sampai pada suatu tingkat memuaskan individu, memuaskan kebutuhan biologis
dan kebutuhan ikutan liannya
·
Kebudayaan
itu bersifat integratif. Selalu ada tekanan ke arah konsistensi dalam setiap
kebudayaan
·
Kebudayaan
itu dapat menyesuaikan diri.Schein (1985) memberi definisi bahwa budaya
organisasi adalah pola asumsi dasar yang telah ditemukan suatu kelompok,
ditentukan, dan dikembangkan melalui proses belajar
untuk menghadapi persoalan penyesuaian (adaptasi) kelompok eksternal dan
integrasi kelompok internal.
Pendapat
lain tentang budaya organisasi menyatakan bahwa budaya organisasi mengacu pada
suatu sistem pemaknaan bersama yang dianut oleh anggota organisasi dalam bentuk
nilai, tradisi, keyakinan (belief), norma, dan cara berpikir unik yang
membedakan organisasi itu dari organisasi lainnya (Ouchi, 1981).Berdasarkan
berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi di lembaga
pendidikan adalah pemaknaan bersama seluruh anggota organisasi di suatu lembaga
pendidikan yang berkaitan dengan nilai, keyakinan, tradisi dan cara berpikir
unik yang dianutnya dan tampak dalam perilaku mereka, sehingga membedakan
antara lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan lainnya.
Terbentunya
sikap saling percaya bahwa kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan kepada
bawahan akan memberikan daya rekat (social glue), tetapi ada beberapa karyawan
yang tidak bisa mengemban amanah kepercayaan tersebut. Beberapa datang tidak
tepat waktu, karena mereka beranggapan bahwa pimpinan mereka kurang layak
menjadi pemimpin (tidak dapat memimpin jalannya sidang/rapat). Keakraban
Disamping kepercayaan yang diberikan pimpinan kepada karyawan, keakraban sesama
karyawan juga merupakan hal yang menonjol dalam lembaga pendidikan. Fakta
membuktikan bahwa pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan oleh seorang karyawan
akan dibantu karyawan lain yang mempunyai kelonggaran waktu. Kejujuran dan
Tanggung Jawab lembaga pendidikan yang berkyualitas menekankan perlunya
kejujuran dan tangggung jawab. Tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaannya
terlihat dari kebersihan lingkungan, piket, ruangan kelas, dan ruangan
perpustakaan.
Kinerja
(performance) atau prestasi kerja atas pencapaian kerja adalah suatu kemampuan
yang diukur berdasarkan pelaksanaan tugas sesuai dengan uraian tugasnya
(Notomirjo, 1992, 23).
2. Pegertian Personil Sekolah
Personil
sekolah adalah orang-orang yang terlibat dalam proses penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. (Drs. NA Ametembun Administrasi
Personil, 1983, 19).
3.
Fungsi
Sekolah
Sekolah
adalah lembaga resmi yang menyelenggarakan proses pembelajaran antara guru dan
murid sehingga timbul interaksi alam menambah pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
4. Upaya Meningkatkan Kinerja Personil
Sekolah
Usaha
yang paling menentukan dalam meningkatkan kinerja personil sekolah terletak
pada kepemimpinan sekolah, pemimpin harus mampu memberikan pengaruh agar semua
bawahan guru-guru dan staff tata usaha agar berpartisipasi aktif secara
maksimal dalam pencapaian tujuan secara pengaruh pemimpin agar para personil
berpartisipasi secara maksimal antara lain:
4.1. Kesejahteraan baik lahir maupun
batin memperoleh perhatian yang serius dari pimpinan.
4.2. Pemecahan permasalahan dilandasi
oleh sikap keterbukaan
4.3. Pengakuan dan penghargaan atas
prestasi kerja personil diperhatikan oleh pimpinan.
4.4. Penerapan manajemen sekolah didasari
atas kemampuan, kesanggupan dan kemauan personil.
4.5. Pemimpin bertindak sebagai motivator
4.6. Pemimpin bertindak sebagai
dinamisator
4.7. Menciptakan kerja sama yang harmonis
4.8. Menghindari konflik antara personil
4.9. Arif, bijaksana bila mengambil
keputusan bagi setiap personil tanpa membeda-bedakan individual.
4.10. Hilangkan sikap suka dan tidak suka
terhadap personil sekolah
4.11. Menciptakan rasa persaudaraan (sense
of belonging).
5.
Manajemen
Pendidikan
5.1. Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar
mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua
pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu
· Pertama,
mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan dalam organisasi diarahkan untuk
mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang
diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya. Motivasi orang untuk
berperilaku ada dua macam, yaitu motivasi
ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu ada
faktor di luar diri orang tersebut yang mendorongnya untuk berperi-laku
tertentu.
Dalam
hal semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar. Sedang motivasi intrinsik daya
dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal dari dalam diri orang itu
sendiri. Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri untuk berbuat sesuatu,
misalnya memperbaiki mutu kerjanya. Kepemimpinan
yang merupakan faktor eksternal tadi, harus selalu dapat memotivasi anggota
organisasi perguruan tinggi untuk melakukan perbaikan-perbaikan mutu. Tetapi
kalau setiap kali dan dalam setiap hal harus memberi perintah atau pengarahan,
itu akan menimbulkan kesulitan. Kalau setiap melakukan pekerjaan dengan baik
itu harus dengan perintah pimpinan, dan kalau tidak ada perintah pimpinan tidak
dilakukan pekerjaan dengan baik, maka perbaikan mutu kinerja yang terus menerus
akan sulit diwujudkan.
Oleh
karena itu MMT mengajarkan agar kepemimpinan itu selain untuk memberi
pengarahan atau perintah tentang hal-hal yang perlu ditingkatkan mutunya, juga
perlu digunakan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik, yaitu menumbuhkan
kesadaran akan perlunya setiap orang dalam perguruan tinggi itu selalu berupaya
meningkatkan mutu kinerjanya masing-ma-sing secara individual maupun
bersama-sama sebagai kelompok ataupun sebagai organisasi.
- Kedua,
kepemimpinan harus diarahkan agar orang-orang mau berkerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu. Jadi perilaku yang ditimbulkan oleh kepemimpinan
itu berupa kesediaan orang-orang untuk saling bekerjasama mencapai tujuan
organisasi yang disepakati bersama. Dalam implementasinya kepemimpinan MMT
yang berhasil adalah yang mampu menumbuhkan kesadaran orang-orang dalam
perguruan tinggi untuk melakukan peningkatan-peningkatan mutu kinerja dan
terciptanya kerjasama dalam kelompok-kelompok untuk meningkatkan mutu
kinerja masing-masing kelompok maupun kinerja perguruan tinggi secara
terpadu. Adanya kerjasama-kerjasama kelompok merupakan salah satu kunci
keberhasilan MMT.
Dalam
proses tersebut pimpinan membimbing, memberi pengarahan, mempengaruhi perasaan
dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta menggerakkan orang lain untuk
bekerja menuju sasaran yang diingini bersama. Semua yang dilakukan pimpinan
harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam organisasinya sebagai bantuan
kepada orang-orang itu untuk dapat meningkatkan mutu kinerjanya.
Dalam
hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting.
Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan
nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi pelayanan
yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu keharusan yang mulia, dan
lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang akan tumbuh
kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu. Dalam ilmu pendidikan ini masuk
dalam kawasan affective.
6.
Pengaruh
Kepemimpinan
6.1.
Pengertian
Pengaruh Kepemimpinan
Perubahan
yang terjadi akibat interaksi yang terjadi antara bawahan dan atasan (pimpinan
dan yang dipimpin). Pemimpin harus mampu memperngaruhi bawahan, hal ini sesuai
dengan pendapat R. Iyeng Wiraputra, M.Sc. dosen IKIP Bandung Buku kepemimpinan
terbitan 1985, hal 27. Bahwa kepemimpinan artinya kemampuan untuk mempengaruhi
bawahan untuk mengikuti atasan. Hal yang mengakibatkan memiliki pengaruh antara
lain pengetahuan, pengalaman, wibawa, kharisma serta jabatan.
6.2.
Tugas kepemimpinan
Penyelenggaraan
manajemen sekolah merupakan tugas pemimpin sekolah, inti dari manajemen sekolah
adalah manajemen (Drs. NA Amatembun IKIP Bandung dalam bukunya Dasar manajemen
Sekolah Jilid I, terbitan 1981, hal 38). Dengan demikian tugas pemimpin adalah
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen seperti :
- Perencanaan
- Pengorganisasian
- Penetapan
staf-staf pembantu pelaksana kegiatan
- Memberikan
pengarahan bimbingan dan pembinaan
- Mengadakan
pengawasan untuk mengatasi penyimpangan
- Melaksanakan
penilaian untuk mengukut keberhasilan
Semua
fungsi manajemen diaplikasikan dalam program penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
6.3.
Wewenang Pemimpin
Kekuasaan yang dibebankan kepada diri
seseorang pemimpin sesuai dengan objek dalam kepemimpinannya.
6.4.
Hak
Pemimpin
Pemimpin
formal mempunyai hak-hak yang perlu disahkan atas ketentuan hukum yang berlaku
antara lain:
- Hak
memperoleh SK dari jabatan yang berwenang
- Hak
memperoleh jaminan atas jabatan
- Hak
mendapat imbalan atas dasar tugas dan tanggung jawab
- Hak
melakukan tugas kepemimpina n kepada bawahan
6.5.
Kewajiban
Pemimpin
Pemimpin
adalah jabatan dan jabatan adalah kepercayaan kewajiban pemimpin adalah
mempertahankan kepercayaan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan dan
kepercayaan itu perlu dipertanggung jawabkan kepada diri sendiri, masyarakat,
dan bangsa serta kepada Allah SWT.
6.6.
Tanggung
Jawab Pemimpin
Tanggung
jawab adalah keberanian menanggung resiko yang terjadi akibat perbuatan dan
tindakan yang dikerjakan, bawahan sebenarnya hanya membantu pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab seorang pemimpin. Dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah maju mundurnya pendidikan merupakan tanggung jawab pimpinan sekolah
sama halnya seperti dalam keluarga, kepala keluarga bertanggung jawab atas
anggota keluarganya dalammelaksanakan kehidupan berumah tangga.
7.
Tujuh
hal mendasar yang perlu dikuasai Untuk kepemimpinan mutu
MMT
dilaksanakan dalam suatu organisasi atau institusi tertentu yang pada tahap
awal implementasinya organisasi itu digerakkan oleh kepemimpinan yang sangat
peduli pada mutu dan bertekad kuat untuk membuat organisasinya itu selalu dan
terus menerus meningkatkan mutu kiner-janya, apakah itu dalam bentuk produk
atau jasa. Kepemimpinan untuk MMT itu memerlukan modal dasar dalam bentuk
penguasaan tujuh mendasar yang menyangkut kehidupan organisasinya.
7.1.
Filosofi
Organisasi
Mengapa
organisasi yang dipimpinnya ini ada dan untuk apa ? Jawaban ter-hadap
pertanyaan yang sangat mendasar ini perlu dikuasai secara baik oleh semua orang
yang memegang tampuk kepemimpinan dari suatu organisasi. Tanpa menguasai
jawabannya secara baik diragukan apakah mereka akan mampu mengarahkan
orang-orang lain dalam organisasi itu ke tujuan yang seharusnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari
penulisan ringkas di atas dengan melihat latar belakang dan pembahasan masalah,
maka dapat diambil kesipulan sebagai berikut:
- Bahwa
tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyaraat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional khususnya bagi
civitas akademik di lingkungan SMP N 2 Sindang Kabupaten Indramayu.
- Budaya
organisasi di lembaga pendidikan adalah pemaknaan bersama seluruh anggota
organisasi di suatu lembaga pendidikan di lingkungan SMP N 2 Sindang Kabupaten
Indramayu yang berkaitan dengan nilai, keyakinan, tradisi dan cara
berpikir unik yang dianutnya dan tampak dalam perilaku mereka, sehingga
membedakan antara lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan lainnya.
- Perekat
organisasi pendidikan adalah kepercayaan pimpinan kepada bawahan,
keakraban/kebersamaan, dan kejujuran dan tanggung jawab.
Kepemimpinan
sangat berpengaruh dalam proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah, agar
pengaruh yang timbul dapat meningkatkan kinerja personil secara optimal. Maka
pemimpin harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam melaksanakan gaya
kepemimpinan
Kemampuan
pemimpin dalam memerankan gaya kepemimpinan yang bertumpu kepada partisipasi
aktif semua personil sekolah akan memunculkan keberhasilan seorang pemimpin
Pemimpin
harus memiliki pemahaman tentang konsep sistem (berpikir secara sistematik)
dalam memahami suatu sekolah sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Pemimpin
harus memahami wawasan jauh kedepan agar tantangan masadepan telah menjadi
program dalam penyelenggaraan pendidikan.
Konsentrasi
pemimpin terhadap kinerja personil pada akhirnya sasaran yang hendak dicapai
adalah peningkatan prestasi sekolah pada umumnya dapat tercapai adalah
peningkatan prestasi sekolah pada umumnya dapat tercapai dan pada khususnya
menghasilkan tamatan yang berkualitas.
3.2.
Saran-saran
- Untuk
meningkatkan kinerja personil sekolah sebaiknya kunjungan antar sekolah
sering dilakukan untuk melihat kemajuan dan perkembangan yang telah
dicapai di sekolah masing-masing.
- Sebaiknya
kesejahteraan lahir dan batin mendapat prioritas dalam melaksanakan tugas
pemimpin yang penuh kebijaksanaan.
DAFTAR
PUSTAKA
-----------,
2003. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 manajemen pendidikan , Jakarta:
Depdiknas RI.
-----------,2002.
Masalah manajemen pendidikan di Indonesia, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan kebudayaan Ditjen Dikdasmen - Dik menum.